MODERASI BERAGAMA MENURUT GURU PAI MAN 2 BANDA ACEH

02-07-21 Osim MAN 2 Banda Aceh 0 comment

moderasi beragama 245x300 - MODERASI BERAGAMA MENURUT GURU PAI MAN 2 BANDA ACEH

⁂PANDANGAN GURU PAI MAN 2 BANDA ACEH TERHADAP MODERASI BERAGAMA

(MAN 2 Banda Aceh-Humas). Dalam beberapa tahun terakhir ini Kementerian Agama Republik Indonesia begitu gencarnya mensosialisasikan program moderasi beragama kepada masyarakat. Bentuk sosialisasi yang dilakukan juga beragam, mulai dari pembinaan dan pelatihan untuk ASN, kegiatan seminar, workshop, konferensi, hingga ceramah-ceramah agama.

Bahkan dalam satu kesempatan, Menteri Agama, Yaqut Cholis Qoumas, menganggap moderasi beragama penting, karena itu bukan hanya menjadi program prioritas Kementerian Agama, melainkan sudah ditetapkan dalam RPJMN 2020-2024 dan menjadi program nasional. (kemenag.go.id/ 28/4/2021)

Sosialisasi pentingnya memahami agama secara moderat juga ditujukan untuk kaum pelajar yaitu siswa dan mahasiswa. Ada pemilihan duta moderasi beragama tingkat siswa MA, dan juga tingkat mahasiswa.

Berkaitan dengan hal tersebut, redaksi Humas tertarik mengetahui lebih lanjut tentang moderasi beragama menurut guru PAI di MAN 2 Banda Aceh. Redaksi melakukan wawancara dengan beberapa guru PAI. Ide ataupun pikiran mereka diharapkan menjadi sharing informasi, wawasan dan pengetahuan, terutama sesama insan pendidik di tanah air. Hasil wawancara ditulis secara naratif-deskriptif.

✸Konsep moderasi beragama

Menurut Rosmiati, guru al-Qur’an Hadis, moderasi beragama adalah cara memahami agama secara luas dan universal “Moderasi beragama itu, adalah beragama secara moderat. Islam dipandang lebih luas, univers, dan pemahaman agama Islam lebih luas dan univers.” Dengan kata lain, Islam tidak dipandang sempit melainkan universal (syumuliyah).

Tarmidzi Daud menjelaskan “maksud dari moderasi beragama adalah terciptanya pemahaman dan pelaksanaan segala kegiatan beragama yang mampu masuk dalam dunia kekinian dan tanpa merusak prinsip-prinsip yang sudah baku dalam al-Qur’an dan hadis.” Menurut penjelasan guru yang dipanggil teungku ini, moderasi beragama berorientasi pada tujuan beragama itu sendiri, baik dalam bentuk pemikiran ataupun amalan, yaitu terciptanya pemahaman agama/ amalan, yang konteksual dengan zaman. Demikian pula, pemahaman moderasi beragama tidak merubah prinsip-prinsip agama Islam yang telah baku (qath’i).

Senada dengannya, guru Akidah Akhlak, Bukhari, mengatakan “moderasi beragama adalah (upaya) memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait dengan perbedaan pemahaman keagamaan dalam kehidupan kekinian.” Selain itu, guru SKI Siti Azzahra menjelaskan “moderasi beragama adalah cara pandang terkait proses mengamalkan agama tidak berlebihan dalam melaksanakannya”

Moderasi beragama (religious moderation) menurut guru PAI di MAN 2 Banda Aceh mengarah pada cara praktik atau berperilaku dalam beragama. Menurut Prof. Dr. Oman Fathurahman (ketua kelompok kerja Moderasi Beragama Kementerian RI), moderasi beragama adalah sikap mengurangi kekerasan, atau menghindari keektreman, dalam cara pandang, sikap, dan praktik beragama. Dengan kata lain moderasi beragama adalah sebuah pemahaman agama yang tidak ekstrim.

✸Signifikansi moderasi beragama

Pemahaman moderasi beragama penting diterapkan kepada pelajar hari ini.

Sangat penting. Karena di antara tujuan moderasi beragama adalah terhindarnya masyarakat dari pemahaman radikal, yang mana pemahaman tersebut menganggap lawan (salah) bila berbeda dari pemahaman mereka, apalagi pemahaman tersebut sangat rentan dan mudah terpapar pada kalangan pelajar yang jiwanya masih labil” Ujar Tgk.Tar ketika penulis menanyakan signifikansi moderasi beragama.

Idealnya, seorang muslim tidak boleh langsung menjustifikasi muslim lain salah, sebelum mengetahui kebenarannya. Namun realitanya perbuatan tersebut sering terjadi dalam tatanan kehidupan kita sehari-hari, dimana satu kelompok muslim mengatakan muslim lain salah, sesat bahkan kafir. Tudingan-tudingan ataupun ujaran kebencian merebak di media sosial. Hal ini mengarah pada gesekan dan konflik internal umat beragama. Untuk itulah pemahaman agama secara moderat penting diterapkan sejak dini di madrasah. Apalagi jiwa kawula pelajar masih sangat labil, sehingga rentan terjerumus dalam praktik-praktik yang radikal.

Era globalisasi ini di tandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, yang secara global umat manusia saling terikat. Sehingga ketika manusia berinteraksi sesama maka harus dilandasi dengan kepribadian yang islami, moderat, bukan dengan cara yang radikal. Pelajar adalah tongkat estafet kepemimpinan akan datang. Mereka harus dibekali dengan pemahaman agama yang benar, apalagi mereka akan berhadapan dengan tantangan di masa depan. “Pelajar adalah generasi umat masa yang akan datang yang harus dibekali pemahaman agama yang benar dan kaffah. Disamping itu pula mereka harus diberikan pemahaman tentang tantangan ataupun hambatan yang harus dihadapi pada masa akan datang, dengan tidak cara-cara yang radikalisme. Ujar Bapak Bukhari. Oleh karena itu, memberikan moderasi beragama adalah upaya mencegah praktik-praktik radikalisme kepada generasi akan datang.

“Menurut saya sangat penting, sesuai dengan perkembangan Islam di era modern. (Hal ini bertujuan) supaya Islam tidak dipandang kaku, monoton, (namun) bagaimana Islam berjalan di kalangan umat Islam lebih maju, berkembang sesuai dengan era globalisasi.” Jawab Rosmiati.

✸Seleksi Duta Moderasi Beragama tingkat siswa MA

Kementerian Agama membuat program seleksi moderasi beragama tingkat MA sebagai upaya menumbuhkembangkan pemahaman agama yang moderat di kalangan pelajar. Terkait hal ini, guru PAI antusias mendukung, “(saya) setuju, dan bangga pada program ini; Ini satu ide, gebrakan dan inisiatif sangat bagus dari pemerintah kita, cita-cita pemerintah kita untuk kalangan pelajar.” Sebut Rosmiati

Menurut guru yang akrab disapa bu Ros ini, seleksi duta moderasi beragama tingkat pelajar MA, adalah satu gebrakan bagus yang dicanangkan Kementerian Agama. Pada kesempatan berbeda Tgk Tarmidzi berharap program tersebut menjadi sarana yang efektif dan efisien—untuk membina pemahaman agama peserta didik. “Alhamdulillah, semoga seleksi ini menjadi sebuah sarana yang efektif dan efesien.”

✸Internalisasi moderasi beragama

Membina peserta didik untuk memahami moderasi beragama dapat dilakukan dengan berbagai cara di madrasah. Pertama dapat dilakukan melalui kegiatan eksrakurikuler di madrasah, dan kedua melalui internalisasi dalam mata pelajaran PAI. Menurut bu Ros, “Kita harus melakukan sosialiasi, baik secara ekstrakurikuler, ataupun pelajaran agama.”

Dalam rumpun Pendidikan Agma Islam di madrasah, ada beberapa mata pelajaran yaitu Aqidah Akhlak, SKI, al-Qur’an Hadis, dan Fikh. Pada jurusan peminatan keagamaan ditambah lagi ada mata pelajaran ilmu tafsir, ilmu hadis, ushul fikih, ilmu kalam, dan akhlak tasawuf. Setiap guru sebaiknya melakukan internaliasi moderasi beragama kepada peserta didik, terutama Guru PAI.

“Berikan pemahaman beragama sebagaimana Nabi Muhammad saw, dan para sahabatnya dalam berdakwah, yang mana mereka tidak pernah menganggap yang berbeda itu adalah lawan. Kemudian ajaklah mereka (siswa) menjalani perintah Allah dan menjauhi laranganNya.” Jawab Tgk Tar.

Demikian pula, Islam adalah agama dakwah. Dengan dakwah ini, Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia. Jika ditilik dari sejarah, dakwah Nabi Saw dan para sahabat senantiasa dilakukan dengan lembut dan kasih sayang, menurut Pak Bukhari, “mereka telah berdakwah dengan cara lembut, tidak dengan cara kekerasan. Karena itu, perilaku itulah yang dicontoh dalam moderasi beragama.”

Hal yang berbeda disampaikan oleh guru SKI, Siti Azzahara. Menurutnya, internalisasi moderasi beragama bisa dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti diskusi bahkan studi tour “(bisa juga) dengan menggunakan diskusi untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah, menggunakan metode study tour, dengan mengunjungi tempat-tempat di luar kelas yang bernuansa islami seperti ke rumah Aceh”. Dengan kata lain, pembinaan moderasi beragama dapat dilakukan melalui sarana-sarana sejarah.

✸Duta Moderasi adalah Model

Duta moderasi, sebagai ajang pembinaan yang dilakukan oleh Kemenag patutu didukung. Dan diharapkan pelajar yang mengikut kegiatan ini dapat menjadi model bagi orang lain dalam kehidupannya sehari-hari. Tgk Tar berharap kegiatan ini akan menciptakan model dan contoh bagi siswa yang lain, “semoga duta moderasi menjad model dan contoh bagi teman-temannya yang lain dari sebuah program ini.”

Menjadi contoh bagi orang lain adalah tujuan dari program seleksi duta moderasi ini. Siswa di berbagai penjuru tanah air, khususnya siswa MA, bersatu menciptakan ide kreatif untuk melaksanakan aksi masing-masing mereka. Dalam kegiatan ini, mereka diberikan pemahaman tentang cara berinteraksi sesama manusia dengan cara-cara yang benar. Karena bagaimanapun negara ini terdiri dari berbagai macam suku, agama, budaya, bahasa, dan adat istiadat.

“kita berharap mereka paham moderasi beragama sehingga mengerti cara berinteraksi dalam tatanan kehidupan umat beragama. Apalagi Indonesia ini banyak agamanya, mereka beradaptasi bagaimana cara interaksi dengan agama-agama lainnya. Contoh kehidupan beragama Rasulullah di sana (Madinah), banyak agama yang beliau ayomi, sehingga bisa menjadi contoh bagi kita sekarang ini.” Jawab bu Ros.

hal ini juga disampaikan oleh Pak Bukhari, “semoga dengan adanya program ini siswa mampu menyikapi keragaman dalam kehidupannya, dan juga dapat memahami dinamika ataupun persoalan agama secara konstektual.”



Leave a reply

18 − 5 =